Terletak di belahan timur benua Afrika dan berada pada sejarah ketidakstabilan, Somalia telah menjadi korban krisis setelah krisis dimana peperangan antar klan, kekeringan, kelaparan dan kehadiran kelompok teror Al-Shahab telah membuat sebagian besar rakyat negeri ini menjadi rentan dan tanpa makanan. Ada beberapa fakta mengenai bencana kelaparan di somalia yang bisa membuat siapa saja tercengang sekaligus terketuk untuk peduli, atau setidaknya merasa bersimpati atas bencana yang menimpa negara ini.
Baru-baru ini bencana kelaparan yang terjadi di Somalia menjadi lebih buruk karena diterpa kekeringan selama 2 tahun. Dari 12,3 juta penduduk negara tersebut, 6,2 juta lebih penduduknya berada dalam kondisi rentan makanan yang tak aman. Bahkan hampir 3 juta di antaranya tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Ini pun bukan krisis kelaparan yang pertama kali terjadi di Somalia. Pada tahun 2011, diperkirakan lebih dari ¼ juta orang di Somalia meninggal karena kelaparan yang parah. Somalia pun bukan satu-satunya negara yang saat ini sedang menderita krisis kelaparan, tingkat kelaparan di seluruh dunia mencapai puncaknya dalam beberapa dekade ini.
Selain kelaparan Somalia, 2 negara lainnya di Afrika, yaitu Nigeria dan Sudan Selatan serta 1 negara di Timur Tengah, Yaman, juga tengah menghadapi krisis kelaparan. Somalia telah berusaha untuk mendapatkan kembali stabilitasnya sejak jatuhnya sang diktator, Siad Barre pada tahun 1991. Negara ini perlahan-lahan membangun kembali dirinya sendiri dengan dibentuknya pemerintahan transisi pada tahun 2012 dan pemilihan presiden baru pada 8 Februari. Somalia memiliki angka kematian bayi sebesar 13,7% atau sama dengan tertinggi ketiga di dunia. Penyebab utamanya tentu saja adalah malnutrisi, begitu menurut UNICEF.
Situasinya pun lebih buruk di daerah pedesaan karena curah hujan yang buruk menyebabkan gagal panen dan kekurangan air. Akibatnya, hampir ¾ peternakan di negara tersebut mati dan membahayakan penghidupan pastoralis. Kekeringan telah menghancurkan panen jagung dan sorghum menjadi sekitar 25% saja dari rata-rata yang didapat di masa yang lalu. Harga pangan di Somalia pun semakin melonjak tinggi.
Kelaparan Somalia juga tinggi di kalangan para pengungsi internal. Sekitar 638 ribu orang dari 1,2 juta pengungsi di Somalia tengah menghadapi krisis kelaparan mereka sendiri. Pengungsi sedang dalam peralihan dan menderita kehilangan sekaligus mengurangi akses terhadap layanan sosial. Somalia pun menjadi negara dengan tingkat pendaftaran pendidikan terendah di dunia. Hanya 42% anak-anaknya saja yang merasakan bangku sekolah dan 36% di antaranya adalah anak-anak perempuan. U.N World Food Program telah menyelenggarakan program yang menyediakan makanan dan sekolah gratis sebagai salah satu cara mengatasi bencana kelaparan yang terjadi di sana. Bencana ini benar-benar membawa dampak buruk bagi masyarakat dan generasi penerusnya.