-->

Mengenali Makna yang Tersirat dari Motif Batik Solo


Kota Surakarta atau dikenal juga dengan sebutan kota Solo, kota yang satu ini adalah kota yang populer akan magnet budaya dan keelokan alam serta keramahan masyarakatnya. Salah satu ikon budaya yang terus lestari di kota Solo ini adalah kerajinan batik tulis yang secara turun temurun dibuat dan dilestarikan serta menjadi salah satu warisan budaya yang tak akan pernah dibiarkan hilang begitu saja. Batik Solo bahkan sudah sangat dikenal tak hanya di wilayah tanah Jawa, tapi juga wilayah-wilayah lain di tanah air bahkan dunia.


Keindahan desain dan motif batik asal kota Solo memang sudah diakui oleh masyarakat luas terutama para pecinta batik tulis. Beragam bentuk dan corak motif batik dari kota Solo memiliki keunikan bentuk dan keindahan desain yang mempesona. Selain itu ternyata tiap corak dari motif memiliki makna dan arti tersendiri dan tentunya bermakna sangat sakral bagi masyarakat kota Solo.

Untuk bisa mengenal lebih dalam makna dari tiap corak motif batik Solo, berikut ini adalah uraian rinci tentang motif-motif batik asal Solo dengan makna yang tersirat dari desain motifnya, yaitu:


  • Motif Parang
Batik Parang di cap sebagai yang tertua yang ada di Indonesia. Batik ini bahkan sudah ada sejak era kerajaan Mataram Kartasura. Parang berasal dari kata pereng, yang berarti lereng. Bentuk motif parang adalah garis diagonal yang di dalamnya terdapat susunan corak S yang saling sambung-menyambung. Batik parang ini secara keseluruhan bermakna sebuah nasehat agar yang memakainya tidak kenal menyerah, serta memberi semangat agar terus mau memperbaiki diri dalam memperjuangkan kehidupan.

  • Motif Sawat
Sawat berarti sayap, atau bisa juga diartikan sebagai syahwat (nafsu). Desain sayap menyerupai burung garuda yang dikendarai dewa Wisnu dimaksudkan sebagai lambang kekuasaan. Motif sawat dianggap sakral dan dahulunya hanya boleh dikenakan oleh raja dan anak keturunannya. Kini, motif sawat kerap diperuntukkan bagi pasangan pengantin yang menjalankan prosesi adat perkawinan Jawa, dan memiliki filosofi perlindungan bagi pemakainya.

  • Motif Kawung
Motif batik ini menyerupai gambar buah kawung atau kolang-kaling. Ada juga yang mengartikannya sebagai gambaran bunga teratai berkelopak empat lembar. Susunannya dibuat rapi secara simetris juga geometris. Dahulunya, batik motif kawung ini hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga kerajaan. Makna yang terkandung dalam corak ini adalah jiwa kepemimpinan yang suci dan agung, serta bermakna umur panjang.

  • Motif Sidomukti
Motif Sidomukti adalah batik yang paling populer di kota Solo dan kerap dikenalkan oleh pasangan pengantin dalam acara pernikahan. Arti kata sidomukti yang artinya terus berkecukupan memberi filosofi berupa doa dan harapan bagi pasangan pengantin agar mendapatkan kehidupan masa depan yang baik dan sejahtera.

  • Motif Satrio Manah
Batik ini biasa digunakan pengganti pria dan keluarganya dalam prosesi lamaran. Makna yang dalam motif batik ini adalah harapan agar lamarannya diterima pihak mempelai wanita.


  • Motif Semen Rante
Motif Semen rante bermakna rantai yang bertumbuh, dan melambangkan hubungan erat yang kokoh. Umumnya batik ini digunakan oleh mempelai wanita dalam proses pinangan dimana mempelai prianya mengenakan batik satrio manah.


  • Motif Truntum
Motif truntum umumnya dikenakan oleh para orang tua pengantin. Motif batik Solo ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana yaitu Permaisuri Sunan Pakubuwono III. Truntum dapat diartikan sebagai penuntun, dan bermakna harapan agar orang tua pengantin bisa menjadi teladan dan panutan bagi kedua anaknya dalam mengarungi hidup berumah tangga.

Disqus Comments

Advertisement